Gunting & Kertas

Sebuah refleksi tentang masa lalu dan masa kini.

Raufa Sayyidah 'Adila
3 min readJun 1, 2024
Photo by Jo Szczepanska on Unsplash

“Aku dan gunting itu udah ada chemistry sejak usiaku 3 tahun,” celetukku saat sedang membantu teman kerja memotong gulungan bubble wrap — untuk kebutuhan pengiriman buku. Celetukan itu lahir karena komentar Kak Sukma soal aku yang lebih mampu memotong daripada dirinya, sedang menurutku ia lebih ahli dalam membungkus buku. “Aku serius.”

Semua yang ada di ruangan mengucap ‘wah’, aku pun semangat untuk lanjut bercerita, “Meskipun baru 3 tahun, ingatan tentang kejadian itu masih clear di kepalaku. Hari itu, aku lagi mainin gunting. Awalnya aku guntingin kertas sampai habis. Terus lanjut ngeguntingin sprei kasur sesuai pola, seingetku sih pola bunga ya.” Belum puas mereka tertawa, aku lanjutkan lagi gong-nya sambil nyengir, “Terakhir, poniku deh!”

“Astaghfirullahal’adzim!”

Bagus, aku jadi dapat pahala bikin semuanya beristighfar, kan? :D

Cerita tentang chemistry dengan gunting ini, membuatku flashback ke hobiku semasa sekolah: crafting. Tugas prakarya di masa itu, adalah tugas yang paling aku senangi dan kuasai. Waktu dibebaskan untuk bikin karya apapun, aku rajin mencari referensi tutorial DIY di YouTube, lalu mulai mencobanya dengan versi sendiri. Vas dari botol sirup & bunga kertas estetik, tirai dari tali rajut, candy machine dari kardus, stopmotion video, dan stiker foam buah-buahan adalah sebagian besar ‘proyek’ yang pernah kukerjakan. Beberapa teman dekatku bahkan mendapat suprise box dariku ketika hari ulang tahun mereka. Dari mulai mencari foto, nge-print, ngumpulin kertas warna-warni, motong-motongin, merekatkan dengan lem, lettering art, bikin pop-up card dan lain-lain — aku sungguh menikmati tiap detail prosesnya!

Tak jarang julukan sebagai seorang ‘kreatif’ pun aku kantongi dari kenalanku. I know I’m not. Aku lebih suka menganggap diriku sebagai creative enthusiast, mungkin? Hal-hal berbau kreativitas, aku suka. Tapi sayangnya, gak benar-benar mendalaminya juga.

Lagi-lagi, aku, gunting dan… kertas, punya ikatan yang cukup kuat. Waktu masih tinggal di Lembang sekitar tahun 2009, dan tahun-tahun sebelum itu, aku dan adik-adik tidak terfasilitasi mainan seperti kebanyakan anak pada umumnya seumuran kami. Kami pun membuat mainan sendiri memanfaatkan kertas-kertas yang bisa berubah jadi uang atau barbie-barbie-an lengkap dengan koleksi bajunya.

“Masa depan tergantung pada apa yang kamu lakukan hari ini.” — Mahatma Gandhi.

Bisa dibilang, apa yang terjadi di masa depan — hari ini, adalah apa yang telah aku lakukan di masa lalu. Tanda-tanda dari arah perjalananku telah ada, bahkan sejak aku belum benar-benar mengerti tentang segalanya. Lucu aja sih untukku pribadi tiap ada cocokologi kayak gini, “Ooh pantesan aku suka gini-ginian, mungkin karena dulunya aku gini dan gini.”

Jangan-jangan, masa depan yang selama ini masih abu-abu di benak dan takut-takut untuk dihadapi, sebenarnya sudah Allah ‘obral’ banyak tanda menujunya di sekitar kita melalui rangkaian kejadian, namun kita belum terlalu peka untuk menangkap dan membaca itu semua. Ya, boleh jadi begitu.

Maka yakinlah, akan tiba masa di mana kita bisa connecting the dots dari ragam pengalaman yang Allah takdirkan, menjadi diri yang utuh penuh syukur.

--

--